Senin, 19 November 2007

Kunjungan ke ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia) Dan Toko-toko Buku




Pada mulanya kami sekelompok pergi ke gedung arsip yang terletak di daerah Gajah Mada. Ternyata, yang tersisa di sananya hanyalah benda-benda untuk museum, sedangakn perpustakaannya sendiri sudah pindah sejak sepuluh tahun yang lalu ke daerah Ampera, dekat Cilandak. Kami baru tahu sekarang...


Pendek kata, kami pergi ke ANRI yang di Cilandak tesebut, dan puji Tuhan, kami menemukan data tambahan yang berhubungan dengan sejarah dan kemasan yang kami teliti. Para petugas perpustakaan di sana sangat ramah, sehingga proses pengumpulan data yang kami lakukan menjadi cepat.

Data yang kami temukan, juga terdapat dalam sebuah buku yang sudah lapuk, persis seperti buku yang kami temukan di BPHN. Rupanya buku tersebut berjudul "Berita Tambahan Negara", yang memiliki seri tahun-tahun tertentu, dan kami duga tersebar di instansi-instansi pemerintahan lainnya. Kesemua buku ini memuat data kemasan-kemasan dan trademark dari tahun ke tahun. Buku yang kami temukan di BPHN, merupakan seri tahun 1950-an. Sedangkan buku yang kami temukan di ANRI merupakan seri tahun 1960-an dan 1970-an. Kuat dugaan kami, seri tahunan lainnya masih ada di tempat-tempat pemerintahan lainnya.

Di ANRI, kami juga menemukan buku menarik, berjudul "Persekutuan Aneh Pemukiman Cina, Wanita Peranakan, dan Belanda di Batavia VOC", yang ditulis oleh Leonard Blusse terbitan Yogyakarta tahun 2004. Buku ini menceritakan tentang perantauan Cina di Batavia dan hubungan serta pengaruh yang diciptakan mereka dengan penduduk pribumi dan orang asing (Belanda). Buku ini kami jadikan acuan referensi sejarah budaya suku Tionghoa di Indonesia.

Setelah menyelesaikan urusan di ANRI, kami melanjutkan perjalanan ke QB Book World yang terletak di Kemang. Kami berharap dapat menemukan buku berjudul Kretek oleh Mark Hanusz yang tidak disampul, agar kami dapat membaca isinya tanpa membeli (Harganya sangat mahal, Rp 482.500,-). Namun, jangankan yang tidak disampul, yang disampul saja rupanya sudah habis. Stoknya kosong.




Akhirnya, kami pergi ke kinokuniya yang ada di Plaza Senayan. Sialnya, stok di sana juga kosong, sehingga kami harus pergi ke kinokuniya yang ada di Plaza Indonesia. Di sana, kami memang menemukan buku yang kami cari, namun, stoknya hanya tinggal satu, dan disampul pula. Rasanya tidak enak kalau mau membuka buku itu tanpa membelinya. Lantas kami pun mencoba ke toko buku aksara yang masih terdapat di Plaza Indonesia. Kami juga mencari di toko-toko buku lain di Plaza Indonesia. Hasilnya nihil.

Iseng-iseng, kami pergi ke Grand Indonesia, dan melihat kinokuniya di sana. Juga tidak ada, namun menurut referensi dari QB Book World, di sana terdapat Red&White Book Store and Music Corner. Toko buku ini merupakan cabang QB Book World dengan nama berbeda. Toko buku ini terletak di Alun-lun Indonesia, sebuah kawasan khusus barang-barang tradisional Indonesia di Grand Indonesia. Begitu menapak ke sebelah kiri dalam toko, SENANGNYA!!! Buku idaman itu terpajang dengan manisnya di rak buku khusus TANPA SAMPUL! Kami langsung "melahap" isi buku tersebut, berusaha mencatat di handphone dan mengingat di otak setiap detil penting yang kami butuhkan. Syukur Alhamdulilah...

Terakhir, untuk menutupi rasa bersalah kami membaca dan duduk lama di toko tanpa membeli, kami membeli peta kota Jakarta, agar kami lebih tahu jalan (untuk tujuan kunjungan semacam ini). Dan perjalanan pulang kami hari itu ditutupi dengan MACET yang selalu menghiasi dengan indahnya kota dengan mantan nama Batavia ini...

Tidak ada komentar: