Selasa, 21 Agustus 2007

Panili Cap Mobil



Jenis rancangan : Kemasan

Jenis Produk : Pewangi makanan (Vanili)

Nama Produk : Panili Cap Mobil

Nomor Daftar Legal : 135836
Nomor Merek Dagang : 263411002127 (sesuai Depkes RI)

Ukuran :
- Panjang : 65 mm
- Lebar : 45 mm

Warna dominan : Coklat Muda, Hitam

Visual Yang Tampak : Mobil klasik

Penafsiran : Gambar mobil klasik pada kemasan beserta tulisan nomor satu di Indonesia secara instrumentalitik ingin mencapai kesan bahwa produk tersebut merupakan produk paling baik pada saat itu. Mobil pada zaman dahulu merupakan barang yang sangat mewah dan hanya kalangan tertentu yang mampu memilikinya, oleh karena itu, kemungkinan desainer memakai lambang mobil untuk dijadikan semacam maskot dan lambang untuk mencapai prestise.

Balashin sai Herbal Breath Freshener And Throat Soother Cap Harimau


Jenis rancangan : Kemasan

Jenis Produk : Obat - obatan

Nama Produk : Herbal Breath Freshener And Throat Soother Cap Harimau

Nama Produsen : Tiger Medicals Ltd

Alamat : 2 Chia Ping Road#09-00 Haw Par Tiger Balm Building, Singapore, 619968 Singapore

Telepon :
Tel: 65-62652777
Fax: 65-62654703

Ukuran :
- Panjang : 82 mm
- Lebar : 105 mm

Warna dominan : Hijau, Kuning, Merah

Teknik produksi : Cetak offset

Visual Yang Tampak : Harimau yang melompat, dikelilingi oleh dedaunan dan bunga mawar.

Penafsiran : Pengaruh antara kebudayaan Tionghoa dengan desain kemasan ini terasa kuat sekali, terlihat adanya tipografi huruf Cina, dan penggunaan lambang harimau yang biasa digunakan orang Tionghoa untuk perlambangan berbagai macam keperluan (misalnya shio, fengshui, dan instrumen-instrumen lainnya). Harimau merupakan lambang kebesaran, kehormatan, dan ketegasan. Menurut filosofi tradisional Cina, dikatakan bahwa ’’harimau tidak pernah tidur’’, yang bermakna kewaspadaan dari harimau yang sedang terjaga. Harimau juga melambangkan kekuatan dan ketegasan. Secara implisit, penggunaan visual harimau pada kemasan ini dimaksudkan bahwa obat ini bersifat ampuh dan kuat. Penggunaan warna-warna seperti kuning (juga emas), hijau, merah, dan putih juga memiliki arti tertentu yang sesuai dengan fungsi permen herbal ini. Hijau, melambangkan kesuburan, dan menunjukkan unsur-unsur herbal (tanaman-tanaman) obat pada permen ini. Warna kuning melambangkan arti keemasan, kejayaan, kemenangan, dan kemakmuran. Warna merah melambangkan keberanian, semangat, dan keberuntungan. Warna putih melambangkan keteguhan dan kekuatan. Ketiga warna ini (putih, merah, dan kuning) menunjukkan proses dan hasil setelah mengkonsumsi permen obat ini, yaitu teguh, semangat, kuat, berani, dan menang, dalam hal ini dalam melawan dan sembuh dari penyakit.

Selain itu, terdapat penggunaan bentuk segi delapan pada tulisan tipografi Cina dengan warna merah, yang berarti "Pak kua tan". Apabila dipilah-pilah artinya secara sepotong-sepotong, terdapat pengertian-pengertian yang sangat penting dalam unsur fengshui Cina itu sendiri. "Pak" berarti angka delapan, yang konon merupakan jumlah atau nominal yang sangat penting dan digemari bagi masyarakat Cina, karena dianggap membawa hoki (keberuntungan). Lalu "Pak kua" merupakan instrumen yang kerap digunakan dalam ilmu fengshui, berupa semacam papan kompas bersegi delapan, yang menunjukkan ke segala penjuru arah, mulai dari utara, timur laut, timur, tenggara, selatan, barat laut, barat, dan barat daya. Papan ini juga terdiri dari lingkaran-lingkaran yang berlapis-lapis (seperti lingkaran yang mengelilingi gambar harimau pada kemasan), karena pakkua itu sendiri dipercaya sebagai alat untuk menolak bala (hal-hal jahat), dan memerangkapkan setan, serta membuat setan tersebut tersesat di dalam lingkaran-lingkaran tersebut. Setan dalam hal ini adalah penyakit.



Lalu terdapat pula elemen dekoratif berupa bunga mawar. Bunga mawar adalah bunga yang digemari dan sering digunakan oleh masyarakat Cina sebagai elemen dekoratif. Bunga ini melambangkan kemeriahan dan kesegaran karena harumnya. Hal ini lagi-lagi menunjukkan unsur herbal dari produk ini (wangi dan segar).

Produk obat batuk ini merupakan produk dari luar, namun kami menemukan produk lokal serupa, yang merupakan tiruan produk ini, yaitu Ban Kim Tan, sebagai berikut :



Ditinjau dari desain lay-out kemasan, terlihat kemiripan yang amat sangat dengan produk Balashin sai. Hal ini terutama dari segi penempatan tipografi (di atas lingkaran-lingkaran dan di atas segi delapan), penempatan elemen gambar utama (gambar harimau dan gambar dua sekop sam-sama di tengah), dan elemen grafis pendukung (bunga mawar dan bunga teratai). Gambar dua buah sekop merupakan sebuah trademark produk, sedangkan penggunaan bunga teratai merupakan hubungan secara fungsional dan kultur-historis. Fungsional di sini adalah, bunga teratai memang dapat digunakan sebagai bahan pengobatan (tumbuhan herbal). Sedangkan secara kultur-historis, bunga teratai merupakan bunga yang penting bagi kaum Tionghoa. Seperti yang kita ketahui, sebagian besar orang Tionghoa menganut agama Buddha. Dalam agama Buddha, terdapat tokoh dewi Kwan Im atau yang juga dikenal sebagai Avalokitesvara Bodhisatva. Dewi ini selalu digambarkan duduk atau berdiri di atas bunga teratai. Hal ini dikarenakan bunga teratai dianggap sebagai bunga yang paling suci. Bunga ini hanya bisa hidup di air bersih.

Produk Ban Kim Tan tiruan Balashin Sai ini sendiri merupakan trademark yang dimiliki oleh seorang Tionghoa bernama Yap Nie Fa, dan diproduksi di Bogor. (Jl. Pabrik Gas No. 5. Bogor).




Kertas Tembakau Sintren (Pilihan bahasan utama)


Jenis rancangan : Kemasan

Jenis Produk : Kertas Tembakau

Nama Produk : Kertas Tembakau Sintren

Nomor Daftar Legal : 86785

Ukuran :
- Panjang : 82 mm
- Lebar : 45 mm
-
Tebal : 2 mm

Warna dominan : Merah

Teknik Cetak : Cetak Offset

Jenis kertas yang di gunakan : HVS

Visual Yang Tampak : Seorang penari Sintren

Pemilik : The Gie Thoan (Nama Tionghoa), Agus Sugianto (Nama Indonesia), saat ini usahanya diturunkan pada generasi kedua, anaknya yaitu Edi Hendrawanto.

Telepon : (0287) 471100

Alamat : Jalan Puring No. 25, Gombong, Jawa Tengah (Dekat Kebumen)

Tahun produksi : Mulai tahun produksi tahun 1950, terdiri dari rokok, klembak menjan, dan kertas sigaret

Penafsiran : Penggunaan lambang penari Sintren pada produk ini jelas merupakan pengaruh Jawa. Sintren merupakan kesenian tarian yang berasal dari Pekalongan dan daerah sekitarnya. Kesenian ini cukup populer pada masanya, namun kini sudah mulai menghilang. Secara etimologis, kata "Sintren" terdiri dari kata "si" (ia, dia), dan kata "tri" (penggilan dari kata putri) sehingga "Sintren" memiliki arti "Si Putri". Karena itulah sosok yang ditampilkan pada kemasan ini adalah seorang penari wanita, yang memang pada tariannya menjadi tokoh utamanya. Sintren memang hiburan yang dinikmati dan dianggap menggoda oleh kaum pria, sama halnya dengan rokok/tembakau yang pada waktu itu telah menjadi budaya/kebiasaan kaum pria. Hal ini dikarenakan penari utama Sintren pada umumnya ialah remaja putri yang masih gadis (perawan) dan lajang. Selain itu, sang pemilik (produsen) mengemukakan bahwa ia memakai nama dan gambar penari Sintren sebagai logo dan icon, karena pada masa itu sang perempuan penari sintren dianggap memiliki kekuatan magis, sehingga dapat memikat kaum pria. (Sintren yang sedang kerasukan). (Baca di sejarah penari sintren).

Namun yang menarik di sini adalah penggunaan warna merah dan kuning pada kemasan. Penggunaan warna semacam ini merupakan ciri khas penggunaan warna oleh kebudayaan tionghoa, (misalnya langsung saja lihat bendera negara Cina, yang menggunakan warna dasar merah dan bintang kuning). Hal ini cukup wajar, mengingat fakta adanya akulturasi kebudayaan di Indonesia, antara bangsa Cina dengan Indonesia. Dalam kemasan ini yaitu antara Jawa dan Cina. Lebih jauh lagi, yang memproduksi kertas tembakau ini adalah The Gie Thoan, yang merupakan orang Tionghoa, jadi jelas dari segi warna, merupakan pengaruh dari budaya Tionghoa. Lebih lanjut lagi, pada tahun 1950 hingga tahun 1960-an pernah terjadi dominasi ekonomi oleh suku Tionghoa terutama di Jawa. Hal ini menyebabkan kebanyakan produk serupa seperti kretek/rokok/tembakau/klembak pada umumnya diproduksi oleh orang Tionghoa.





Warna merah merupakan perlambang keberanian, semangat, dan keberuntungan. Warna kuning melambangkan kejayaan, keemasan, dan kemakmuran atau kemenangan. Selain itu kedua warna ini sifatnya sangat menarik perhatian sehingga dipakai oleh sang pemilik sebagai elemen warna utama.

Visual sang penari Sintren itu sendiri diletakkan di dalam tengah-tengah lingkaran. Namun, lingkaran tersebut tidak berbentuk lingkaran sempurna, melainkan memiliki sedikit tonjolan berbentuk runcing. Bentuk ini kami rasa paling dekat dengan bentuk blangkon pria Jawa, apabila dilihat dari atas.




Blangkon sendiri adalah tutup kepala yang dibuat dari batik dan digunakan oleh kaum pria sebagai bagian dari pakaian tradisional Jawa. Untuk beberapa tipe blangkon ada yang menggunakan tonjolan pada bagian belakang blangkon. Tonjolan ini menandakan model rambut pria masa itu yang sering mengikat rambut panjang mereka di bagian belakang kepala, sehingga bagian tersebut tersembul di bagian belakang blangkon. Mengapa desain kemasan produk ini menggunakan bentuk blangkon, kemungkinan adalah agar si penari Sintren itu sendiri sebagai trademark (tanda pengenal) produk selalu diingat di kepala para pria, selayaknya mereka menikmati kertas tembakau dan si Sintren. (Lihat juga di Kretek oleh Mark Hanusz).

Lalu, terdapat juga banner berbentuk pita pada tulisan "Sintren", yang merupakan pengaruh dari kebudayaan Eropa, yaitu bangsa Romawi. Asal-usul banner berebentuk pita ini dimulai sejak penggunaan scroll (gulungan) sebagai media tulisan utama bangsa Romawi pada saat itu. Scroll ini kemudian menjadi elemen desain yang berkembang menjadi banner pita (scroll yang membuka). Pengaruh budaya ini sampai ke Indonesia kemungkinan besar melalui penjajahan zaman Belanda.







Selain itu, kemasan ini juga mendapat pengaruh gaya khas Victorian, di mana sebuah gambar/potret diletakkan dalam bentuk lingkaran atau elips, dengan tulisan di atas banner pita pada bagian bawahnya, seperti gambar kemasan kretek Belanda berikut, dan gambar pada mata uang Dollar berikut:










Gaya Victorian sendiri bermula di Inggris, yaitu era pemerintahan Queen Victoria, tahun 1837-1901. Gaya ini terbawa ke Amerika (yang pada saat itu memisahkan diri dari koloni Inggris), seperti yang tampak pada gambar mata uang dollar Amerika sekarang.

Fungsi kemasan ini secara sosial budaya dan historis turut melestarikan kebudayaan bangsa, yaitu dengan adanya elemen visual Sintren, yang menunjukkan asal-usul kebudayaan regional Jawa.

Kemudian, pada kemasan ini terdapat juga hubungan dari segi penggunaan warna, tipografi, dan gaya desain dengan gaya desain Constructivisme yang berasal dari Russia. Dalam sejarah Indonesia, bangsa Indonesia pernah memiliki ideologi berhaluan timur, yaitu pada masa pimpinan Bung Karno. Masa ini adalah masa orde lama (sebelum supersemar) yaitu sekitar tahun 1945 hingga 1965. Haluan timur yang dimaksud di sini, tidak hanya hubungannya dengan Republik Rakyat Cina, namun juga Russia yang sama-sama memiliki prinsip komunis-sosialis. Hubungan antara Russia dan Indonesia tidak hanya dimulai akhir-akhir ini saja, namun sejak perang dunia kedua. Saat itu, Russia (atau yang lebih dikenal dengan Uni Soviet pada masa itu) dan Amerika sedang mengalami perang dingin, dan masing-masing negara adikuasa tersebut berupaya mencari perhatian dunia dengan taktiknya masing-masing. Ketika Indonesia sedang dalam masa pemberontakan, baik Russia maupun Amerika berlomba-lomba memberi pertolongan untuk menarik perhatian bangsa Indonesia. Amerika, yaitu dengan bantuan dari segi ekonomi, sedangkan Russia yaitu dari segi militer, dengan memberikan bantuan persenjataan.

Sedari dulu, Russia memang bertangan dingin dalam menghadapi situasi perang. Akibatnya, muncul reaksi pergerakan kesenian yang didasari sikap perang tersebut, yaitu aliran Constructivisme. Gerakan ini muncul di Russia sejak tahun 1917, yaitu istilah yang digunakan oleh Kazmir Malevich untuk menyebutkan karya Alexander Rodchenko, sebagai berikut :




"Leningrad Publishing House" Poster oleh Alexander Rodchenko, tahun 1952




"Mayak-nipple" oleh Alexander Rodchenko 1 Januari 1954


Constructivisme merupakan gaya yang bertumbuh pasca perang dunia II yang terjadi di Russia tahun 1914-1918. Gaya ini berangkat dari kubisme dan futurisme Russia sekitar tahun 1912. Gaya ini juga dipengaruhi oleh teori suprematism Russia, De Stijl Belanda, dan gaya Bauhaus dari Jerman. Para seniman Constructivisme merupakan pelopor pembaharuan (Russian-Avant Garde) seni Russia. Seni constructivisme merupakan seni resmi pemerintahan Bolshevik di Russia. Ciri dari gaya ini yang paling menonjol adalah komposisinya yang dinamis dengan warna-warna dominan merah, hijau, putih, dan hitam. Font-nya bersifat kaku, mengkotak-kotak dan solid tebal. Gaya ini terus berkembang seiring perkembangan gaya desain baru yang menggeser gaya constructivisme itu sendiri, seperti dadaism, surealism, hingga seni modern seperti Art Nouveau yang lebih hangat dan menolak perang, berkebalikan dengan gaya Constructivisme yang sifatnya lebih mempromosikan perang.

Dugaan kami diperkuat oleh "penemuan" dalam kunjungan kami ke BPHN pada buku yang berisi kemasan lama. Kemasan Sintren yang tertera pada buku tersebut (seperti kemasan-kemasan lainnya) tidak dicetak berwarna. Namun, pada buku tersebut disebutkan warna-warna yang terdapat pada kemasannya. Pada kemasan Sintren tersebut, perbedaan warna yang disebutkan adalah merah, hijau muda, hijau tua, dan putih. Gambar tersebut juga pasti disertai dengan garis outline berwarna hitam. Warna-warna ini merupakan ciri khas warna gaya Constructivisme.




Dokumentasi buku kemasan produk rokok "Sintren" di BPHN


Berikut adalah contoh lain bentuk constructivisme modern, yang merupakan poster pameran "Supremadism", sebuah pameran karya-karya seniman Constructivisme di Russia tahun 2006. Karya ini menyerupai desain kemasan Sintren dari segi warna.



Cigarette Paper Intan Manis



Jenis rancangan : Kemasan

Jenis Produk : Kertas Tembakau

Nama Produk : Intan Manis

Nomor Daftar Legal : 17078

Ukuran :
- Panjang : 80 mm
- Lebar : 57 mm

Warna dominan : Merah

Material Kertas : Art Paper

Visual Yang Tampak : Gambar sebuah Intan

Penafsiran : Penggunaan gambar intan merupakan simbolisasi untuk mencapai kesan kualitas terbaik, terkuat (kokoh), dan termewah. Yang menarik di sini adalah teknik desain yang memakai warna merah dan motif seperti ubin/tegel dan ornamen-ornamen di atas warna putih. Ini merupakan ciri khas desain kebudayaan Tionghoa masa klasik. Misalkan saja cap stempel khas Cina yang umumnya berwarna merah di atas kertas putih, dan kertas sembahyang berjenis koran berwarna putih yang berhiaskan ornamen/cap berwarna merah. Warna merah sendiri mengartikan keberanian dan semangat tak kenal menyerah.

(Lihat kertas-kertas Sigaret Yang Unik & Teknik Cap/Stempel Khas Cina)


Klembak Sentel Tjap Pari





Jenis rancangan : Kemasan

Jenis Produk : Tembakau

Nama Produk : Klembak Sentel Tjap Pari

Nomor Daftar Legal : 154098

Ukuran :
- Panjang : 48 mm
- Lebar : 48 mm

Warna dominan : Kuning kecoklatan

Pemilik : Wong Sie Hang

Alamat : Jl. Sablongan No. 149, Magelang

Tahun Produksi : 7 Maret 1970

Visual Yang Tampak : Padi yang melingkar, dan di tengahnya terdapat cincin bersayap.

Penafsiran : Klembak adalah tanaman penghasil obat dan wangi-wangian. Yang kerap digunakan adalah bagian akarnya, yang digunakan sebagai bahan utama rokok tembakau "klembak menyan". Rokok ini populer di kalangan masyarakat menengah ke bawah di Yogyakarta, Magelang, Dieng, Kudus, dan daerah-daerah lainnya di Jawa Tengah. (Lihat di Sejarah Rokok/Tembakau/Kretek/Sigaret/Klembak). Hal ini menjelaskan penggunaan visual padi-padian pada kemasannya. Seperti pada umumnya, masyarakat menengah ke bawah di daerah tersebut (dan sebagian besar di daerah-daerah di Indonesia) memiliki mata pencaharian di bidang agraris, yaitu pertanian. Hal ini berhubungan dengan aspek sosial budaya di daerah tersebut. Lambang padi merupakan lambang yang merakyat, juga sebagai lambang kesuburan. Begitu pula warna kuning, yang melambangkan kesuburan (kuning=emas=makmur). Hubungannya dengan kebudayaan Tionghoa terletak pada penggunaan warna kuning pada kemasan tersebut, karena kuning merupakan warna yang kerap digunakan oleh masyarakat kebudayaan Cina. Misalnya, warna kuning digunakan pada jubah kebesaran kaisar Cina pada zaman dahulu. Selain itu, pada bagian tengah kemasan ini terdapat istilah "Kiem Cheong". Hal ini kemungkinan besar menunjukkan bahwa produk ini dihasilkan oleh latar belakang suku Tionghoa. "Ngereng", merupakan istilah bahasa Melayu, yang berarti seperti gerakan mengulat ke kanan maupun ke kiri. Hal ini berupa penegasan sensasi yang didapatkan dari konsumsi produk ini.



Terdapat fakta menarik yang kami temukan selepas kunjungan ke BPHN. Penggunaan elemen padi pada produk-produk klembak sentel lebih merupakan aspek sosial budaya daerah. Namun, penggunaan gambar sayap seperti pada klembak sentel Tjap Pari (pada bagian tengah, gambar cincin bersayap), dan pada klembak sentel gelas terbang, seolah-olah ingin mengasumsikan perasaan yang didapat ketika merokok klembak sentel tersebut, yaitu perasaan 'high' (terbang/melayang).

Juga terdapat fakta menarik lainnya, yaitu stereotipe nama merk kemasan. Misalnya, keberadaan klembak sentel Tjap Pari di atas kemudian disusul oleh adanya klembak sentel Tjap Pari Djoto, Pari Jempol, dan seterusnya. Hal ini mungkin dimaksudkan untuk 'menumpang' trademark produk yang sudah ada.

Kebanyakan klembak sentel ini dimiliki oleh orang Tionghoa. Tampak langsung pada kemasan, dan lebih lanjut pada keterangan kemasan, seperti Kiem Cheong (Tjap Pari), Thay Tjung (Tjap Gelas Terbang), Tjan Tiauw Kwie (Tjap Pari Djoto), dan seterusnya. Jadi jelas, kemasan produk ini memiliki latar belakang historis yang dipengaruhi oleh budaya Cina.

Kertas Sigaret Kuda Konteng



Jenis rancangan : Kemasan

Jenis Produk : Kertas Sigaret

Nama Produk : Kertas Sigaret Kuda Konteng

Nomor Merek Dagang : 171405

Ukuran :
- Panjang : 80 mm
- Lebar : 48 mm

Warna dominan : Putih, merah, biru

Visual Yang Tampak : Kuda di taman yang berpagar

Penafsiran : Penggunaan kuda pada kemasan secara ekspresif menggambarkan kejantanan dan kegagahan, kemandirian, dan kebebasan pikiran. Dari segi pemilihan warna, lagi-lagi terlihat pengaruh kebudayaan Tionghoa, karena warna tinta merah di atas kertas putih merupakan ciri khas teknik cetak kebudayaan Cina. (Lihat Teknik Cetak (Cap) Khas Cina). Namun, tipografi berwarna biru menjadikan kesimpulan ini tidak tentu. Indonesia pernah dijajah oleh Belanda, sedangkan warna bendera Belanda merupakan putih, biru dan merah. Warna biru mengartikan spiritualisme dan berkah, sedangkan warna merah mengartikan kegembiraan dan kesejahteraan.

Pengaruh budaya Jawa terlihat di sini, terlihat dari penggunaan istilah "Jaran Konteng". "Jaran merupakan kata dari bahasa Jawa yang berarti "kuda". Sedangkan kata "konteng" merupakan istilah yang terdapat dalam bahasa Jawa Melayu dan bahasa Belanda. Dalam bahasa Belanda, 'konteng' merupakan istilah yang jarang digunakan, dan lebih berupa semacam slank. Sedangkan dalam bahasa Jawa Melayu, artiannya lebih tepat dan sesuai dengan arti kemasannya. "Konteng" dalam bahasa Jawa Melayu hampir selalu dikaitkan dengan kata kuda, yaitu kuda yang tergopoh-gopoh, terlunta-lunta seorang diri. Hal ini seperti yang terlihat dalam visual kemasan, yaitu seekor kuda yang menyendiri.

Terdapat juga ciri khas gaya Romawi, yaitu penggunaan banner pita Jaran Konteng. (Lihat Kertas Tembakau Sintren).

Lalu, terdapat ciri khas kemasan produk-produk lama, yaitu terdapat semacam pesan moral "Kerja bekal ibadah". Hal ini lebih merupakan aspek sosial budaya dari kemasan produk.

Kertas Sigaret Tjap Kupu



Jenis rancangan : Kemasan

Jenis Produk : Kertas Sigaret

Nama Produk : Kertas Sigaret Tjap Kupu

Nama Produsen : Tjap kupu

Nomor Daftar Legal : 126074

Ukuran :
- Panjang : 65 mm
- Lebar : 75 mm

Warna dominan : Kuning

Teknik produksi : Sablon

Material Kertas : Kertas minyak

Visual Yang Tampak : Seekor kupu-kupu dan sebuah gambar angka 1 yang memiliki sayap seperti burung garuda yang dimiliki oleh lambang negara kita.

Penafsiran : Penggunaan simbol kupu-kupu pada kemasan ini kemungkinan berhubungan dengan tulisan "Kertas Manis", dimana kupu-kupu biasanya menghisap madu dari bunga. Madu pada dasarnya memiliki rasa yang manis, sehingga menjadi sesuai. Kemungkinan hubungan antara kebudayaan Tiong Hoa dengan produk ini adalah penggunaan Kertas minyak berwarna kuning pada kemasan. Tidak jelas apa yang dimaksudkan oleh penggunaan gambar satu bersayap, "Satu Bersajap". Sayap yang terdapat pada gambar sayap ini, memiliki 17 helai bulu. Hal ini memiliki kemungkinan berhubungan dengan nilai Nasionalisme negara, nilai moral persatuan, dan nilai-nilai lainnya. Bisa juga hal ini ingin menyampaikan kesan bahwa kertas sigaret ini merupakan produk yang paling tinggi, paling unggul.

(Lihat Kertas-kertas Sigaret Yang Unik)

Teh Murni Naga



Jenis rancangan : Kemasan

Jenis Produk : Teh

Nama Produk : Teh Murni naga

Nama Produsen : Perusahaan Teh Naga Lawang

Nomor Daftar Legal : 005406

Nomor Merek Dagang : 019/M/JATIM 87

Ukuran :
- Panjang : 50 mm
- Lebar : 35 mm
- Tebal : 26 mm

Warna dominan : Merah, kuning, orange

Visual Yang Tampak : Seekor naga yang sedang berjalan di lereng gunung, serta sebuah gambar yang menyerupai bentuk mata manusia dengan gambar naga memeluk bintang di tengahnya, dan tulisan arab.

Penafsiran : Hubungan antara kebudayaan Tionghoa dengan produk ini terlihat pada penggunaan gambar naga khas bergaya Cina, dengan warna-warna cerah sperti merah, kuning, dan orange. Warna merah memiliki arti keberanian, semangat, dan keberuntungan. Sedangkan warna kuning berarti keemasan, kejayaan, kemenangan, dan kemakmuran (subur). Elemen visual hijau mencerminkan perbukitan teh yang subur (seperti dalam gambar) sebagai bahan utama dari teh itu sendiri. Naga sendiri merupakan elemen desain penting dalam kebudayaan Tionghoa, dan kerap dipakai dalam unsur penting kebudayaan Tionghoa, seperti ornamen, instrumen fengshui, shio, dan lain-lain. Naga memiliki arti penting antara lain :

  • Naga merupakan bintang yang paling unggul di antara hewan bersisik lainnya seperti ikan, ular, buaya, dan lainnya.
  • Dalam kedua belas shio, naga merupakan satu-satunya hewan mitologi yang jarang atau bahkan hampir tak pernah ditemui dibandingkan hewan-hewan dalam shio-shio lainnya.
  • Naga dianggap sebagai sumber kebijaksanaan dan kekuatan. Karena naga adalah jiwa perubahan, maka ia dianggap sebagai pengejawantahan kehidupan.
  • Naga menjadi simbol produktivitas dan pembaruan, serta mempunyai pengaruh baik terhadap makhluk hidup di dunia. Naga adalah sari dari prinsip Yang, simbol kepriaan.
  • Sebagai lambang kebesaran dalam budaya Cina, naga identik dengan kaisar dan singgasana. Segala sesuatu yang berbau naga identik dengan kaisar. Misalnya, pakaian kaisar bersulam lima cakar naga, sedangkan pada pakaian pangeran jumlah cakar dalam sulaman itu berkurang, sesuai peringkatnya.
  • Tari naga digambarkan sebagai naga yang mengejar bola api, lambang petir yang membawa bencana, juga sebagai matahari atau bulan, menurut folklor, bola itu adalah qi atau sari dari prinsip inti dunia, sehingga kalau naga berhasil menangkap bola itu, dunia akan kiamat.
  • Secara mitologis naga dianggap sebagai makhluk pemilik kekuatan dewa yang membawa empat anugerah, yaitu kemakmuran, kehormatan, kebajikan, dan umur panjang.
  • Dalam ilmu peruntungan bangunan Cina, feng shui, naga dipercaya meniupkan tenaga chi, yaitu napas kosmis yang diatur dalam bangunan untuk mendatangkan kesuksesan.

Visual naga kuning memeluk bintang merah, secara ekspresif mencerminkan pencapaian kesuksesan, prestasi, dan kejayaan. Namun, selain artian tersebut, bentuk visual ini ternyata merupakan sebuah trademark. Terdapat kemasan produk lain yang juga menggunakan trademark naga memeluk bintang seperti ini, walaupun produk yang dijualnya tidak sejenis (kertas sigaret, kretek, rokok, sabun, anggur, benang jahit), di mana pemilik trademark tersebut adalah seorang pengusaha Tionghoa bernama Ko Thay Tjhiang.

Percampuran budaya juga terlihat di sini, yaitu dengan adanya penggunaan bahasa Arab dan Jawa. Tulisan bahasa Arabnya memiliki arti sama dengan bahasa Indonesianya, yaitu "Teh Murni Segar". Sedangkan penggunaan bahasa Jawanya terdapat pada latar belakang nama perusahaan yang memproduksi teh ini, yaitu "Naga Lawang" (Lawang=pintu).

Kecap Cap Ikan Dorang


Jenis rancangan : Label

Jenis Produk : Kecap

Nama Produk : Kecap cap Ikan Dorang

Nama Produsen : Perusahaan kecap Sumber Sari, Jombang, Jawa Timur

Nomor Daftar Legal : 217015

Nomor Merek Dagang : Depkes RI MD No. 9864863

Ukuran :
- Panjang : 100 mm
- Lebar : 110 mm

Warna dominan : Putih

Visual Yang Tampak : Dua Ikan Dorang yang sedang berenang

Penafsiran : Apabila dilihat dari segi feng-shui warna, warna biru memiliki arti kesejahteraan. Sedangkan ikan dalam kepercayaan orang Tiong Hoa artinya rejeki. Bunyi karakter ikan “yu” dalam bahasa mandarin sama seperti karakter “berlimpah”, atau “lebih” (‘yu”). Sepasang ikan berenang merupakan simbol dari keselarasan dan kebahagiaan perkawinan, juga perlambang ketenteraman, kekayaan, dan keberlimpahan. Kenapa terdapat 2 ikan, karena merupakan simbolisasi dari rejeki yang berlimpah dan selalu ada sisa untuk tahun berikutnya.
Apabila diperhatikan dengan seksama, ada garis-garis yang melambangkan air.
Elemen Air dalam kebudayaan Tiong Hoa merupakan simbol uang, kemakmuran, dan kesuksesan.

Kecap Cap Ikan Dorang ini sendiri sudah menjadi trademark bagi kota Jombang, yang secara tidak langsung memajukan skala regional/daerah (aspek budaya).

Kue Keranjang dua Liong



Jenis rancangan : Label

Jenis Produk : Kue Kranjang

Nama Produk : Kue Keranjang Cap Dua Liong

Alamat : Solo

Ukuran : Diameter : 76 mm

Warna dominan : Kuning, merah

Visual Yang Tampak : Dua ekor naga sedang terbang diantara sebuah bola api, ada juga awan-awan

Penafsiran : Kebudayaan Tionghoa sangat jelas berpengaruh pada desain produk ini, terlihat dari penggunaan gambar naga khas Cina, warna merah, dan warna kuning yang kerap digunakan masyarakat Tionghoa. Liong sendiri merupakan bahasa Mandarin yang memiliki arti naga. Mengapa dua Liong, karena dua naga dianggap membawa keberuntungan lebih (ada pepatah yang mengatakan bahwa dua lebih baik daripada satu). Berikut adalah arti penting naga dan penggunaan warna pada desain kemasan :

  • Naga merupakan bintang yang paling unggul di antara hewan bersisik lainnya seperti ikan, ular, buaya, dan lainnya.
  • Dalam kedua belas shio, naga merupakan satu-satunya hewan mitologi yang jarang atau bahkan hampir tak pernah ditemui dibandingkan hewan-hewan dalam shio-shio lainnya.
  • Naga dianggap sebagai sumber kebijaksanaan dan kekuatan. Karena naga adalah jiwa perubahan, maka ia dianggap sebagai pengejawantahan kehidupan.
  • Naga menjadi simbol produktivitas dan pembaruan, serta mempunyai pengaruh baik terhadap makhluk hidup di dunia. Naga adalah sari dari prinsip Yang, simbol kepriaan.
  • Sebagai lambang kebesaran dalam budaya Cina, naga identik dengan kaisar dan singgasana. Segala sesuatu yang berbau naga identik dengan kaisar. Misalnya, pakaian kaisar bersulam lima cakar naga, sedangkan pada pakaian pangeran jumlah cakar dalam sulaman itu berkurang, sesuai peringkatnya.
  • Tari naga digambarkan sebagai naga yang mengejar bola api, lambang petir yang membawa bencana, juga sebagai matahari atau bulan, menurut folklor, bola itu adalah qi atau sari dari prinsip inti dunia, sehingga kalau naga berhasil menangkap bola itu, dunia akan kiamat.
  • Secara mitologis naga dianggap sebagai makhluk pemilik kekuatan dewa yang membawa empat anugerah, yaitu kemakmuran, kehormatan, kebajikan, dan umur panjang.
  • Dalam ilmu peruntungan bangunan Cina, feng shui, naga dipercaya meniupkan tenaga chi, yaitu napas kosmis yang diatur dalam bangunan untuk mendatangkan kesuksesan.
  • Warna kuning berarti keemasan, kejayaan, kemakmuran dan kemenangan.
  • Merah mengartikan keberanian, keberuntungan, dan semangat.
Kue keranjang sendiri merupakan kue yang berasal dari negeri Cina. Kue ini kerap digunakan dalam perayaan hari besar tahun baru Imlek. Asal namanya karena wadahnya yang berbentuk keranjang. Kue ini berbentuk bulat, melambangkan keutuhan dan kesatuan serta tekad bulat untuk menyongsong tahun baru.